Simbol Bahaya Bahan Kimia

Simbol Bahaya Bahan Kimia Sumber Foto (www.sentrakalibrasiindustri.com/)


Simbol Bahaya Bahan Kimia

Simbol bahaya adalah bagian yang krusial yang harus ada di lokasi kerja ketika kita menyimpan material-material kimia yang berbahaya. Banyak kecelakaan terjadi yang berhubungan dengan bahan kimia berbahaya dikarenakan karyawan tidak mengetahui kandungan atau bahaya dari bahan kimia tersebut. Simbol bahaya digunakan untuk pelabelan bahan-bahan berbahaya menurut Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances). Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances) adalah suatu aturan untuk melindungi/menjaga bahan-bahan berbahaya dan terutama terdiri dari bidang keselamatan kerja. Arah Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances) untuk klasifikasi, pengepakan dan pelabelan bahan kimia adalah valid untuk semua bidang, area dan aplikasi, dan tentu saja, juga untuk lingkungan, perlindungan konsumer dan kesehatan manusia. Berikut ini dijelaskan simbol-simbol bahaya termasuk notasi

bahaya dan huruf kode (catatan: huruf kode bukan bagian dari simbol bahaya) Inflammable substances (bahan mudah terbakar). Bahan mudah terbakar terdiri dari sub-kelompok bahan peledak, bahan pengoksidasi, bahan amat sangat mudah terbakar (Extremely flammable substances), dan bahan sangat mudah terbakar (Highly flammable substances). Bahan dapat terbakar (flammable substances) juga termasuk kategori bahan mudah terbakar (inflammable substances) tetapi penggunaan simbol bahaya tidak diperlukan untuk bahan-bahan tersebut.

1) Explosive (bersifat mudah meledak) Huruf kode: E Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “explosive” dapat meledak dengan pukulan atau benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang bergerak sangat cepat. Resiko ledakan dapat ditentukan dengan metode yang diberikan dalam Law for Explosive Substances. Di laboratorium, campuran senyawa pengoksidasi kuat dengan bahan mudah terbakar atau bahan pereduksi dapat meledak. Sebagai contoh, asam nitrat dapat menimbulkan ledakan jika bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton, dietil eter, etanol, dll. Produksi atau bekerja praktis maupun keselamatan khusus. Apabila

bekerja dengan bahanbahan tersebut kuantitas harus dijaga sekecil atau sedikit mungkin baik untuk penanganan maupun persediaan atau cadangan. FraseR untuk bahan mudah meledak: R1, R2 dan R3. Sebagai contoh. Untuk bahan yang dijelaskan di atas adalah 2,4,6-trinitro toluena (TNT).

2) Oxidizing (pengoksidasi) Huruf kode : O Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “oxidizing” biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah dapat meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan. Dalam berbagai hal mereka adalah bahan anorganik seperti garam (salt-like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida organik. Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9. Contoh bahan tersebut adalah kalium klorat dan kalium permanganat juga asam nitrat pekat.

3) xtremely flammable (amat sangat mudah terbakar) Huruf kode: F+. Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “Extremely flammable” merupakan likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0° C) dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +35°C). Bahan amat sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal. FraseR untuk bahan amat sangat mudah terbakar : R12. Contoh bahan dengan sifat tersebut adalah dietil eter (berupa cairan) dan propane (berupa gas).

4)Highly flammable (sangat mudah terbakar) Huruf kode : F Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya “Highly flammable” adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan di bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka titik nyala rendah (di bawah +21°C). Beberapa bahan sangat mudah terbakar di bawah pengaruh kelembaban. Bahan-bahan yang dapat menjadi panas di udara pada temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan akhirnya terbakar, juga diberi label sebagai “Highly flammable”. Frase-R untuk bahan sangat mudah terbakar:R11. Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya aseton dan logam natrium, yang sering digunakan di laboratorium sebagai solven dan agen pengering.

5)Very toxic (sangat beracun) Huruf kode:T+ Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “very toxic” dapat menyebabkan kerusakan kesehatan atut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit. Frase-R untuk bahan sangat beracun : R26, R27 dan R28. Contohnya bahan dengan sifat tersebut misalnya kalium sianida, hydrogen sulfida, nitrobenzene, dan atripin.

6)Toxic (beracun) Huruf kode : T Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “toxic” dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit. Bahan karsinogenetik dapat menyebabkan kanker atau meningkatkan timbulnya kanker jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut dan kontak dengan kulit. Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya solven-solven seperti metanol (toksik) dan benzene (toksik, karsinogenetik).

7)Harmful (berbahaya) Huruf Kode: Xn Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “harmful” memiliki resiko merusak kesehatan sedang jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, mulut (ingestion) atau kontak dengan kulit. Frase-R untuk bahan berbahaya: R20, R21, dan R22. Bahan-bahan yang dicurigai memiliki sifat karsinogenik dapat menyebabkan kanker dengan probabilitas tinggi melalui inhalasi, melalui mulut atau kontak dengan kulit. Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya solven 1,2 –etane-1, 2-diol atau etilen glikol (berbahaya) dan diklorometan (berbahaya, dicurigai karsinogenetik).

8)Corrosive (korosif) Huruf kode: C Bahan dan formulasi dengan notasi “corrosive” adalah merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2), ditandai sebagai bahan korosif. Frase-R untuk bahan korosif : R34 dan R35. Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya asam mineral seperti HCL dan H2SO4 maupun basa seperti larutan NaOH (>2 %).

9)Irritant (menyebabkan iritasi) Huruf kode: Xi Bahan dan formulasi dengan notasi “irritant” adalah tidak korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak degna kulit dan selaput lendir. Frase-R untuk bahan irritant: R36, R37, R38 dan R41. Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnnya isopropilamina, kalium kloridadan asam dan basa encer.

10)Bahan berbahaya bagi lingkungan Huruf kode : N Bahan dan formuilasi degan notasi “dangerous for environmen” adalah dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisma) dan menyebabkangangguan ekologi. Frase- R untuk bahan berbahaya bagi lingkungan : R50,R51, R52 dan R53. Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya tributil timah kloroda, terraklorometan, dan petroleum hidrokarbon seperti pentana dan petroleum bensin.


G.Bahaya Terbakar, Reaktif dan Mudah Bahaya terbakar, meledak dan reaktif biasanya dipicu oleh bahan di labrotium ipa yang biasa mengungakan zat kimia dalam praktek dalam laboratorium,

contoh zat yang mengandung bahaya mudah terbakar, meledak dan reaktif :

1) Zat Kimia Mudah Terbakar, Mudah Meledak, dan Reaktif Zat kimia yang mudah terbakar adalah zat yang siap memantik api dan terbakar di udara, seperti bensin. Dimana zat kimia tersebut apabila berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar, dan apabila telah nyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama. Salah satu sifat-sifat Zat kimia yang mudah terbakar sebagai berikut:

a.Zat kimia yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan atau pada titik nyala tidak lebih dari 600 °C (1400 °F) akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.

b.Zat kimia yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar (250 °C, 760 mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus.

c.Bahan kimia yang bertekanan yang mudah terbakar.

2) Zat kimia reaktif adalah zat-zat yang bereaksi

secara cepat jika dicampurkan dengan zat lain, seperti logam alkali yang reaktif terhadap air atau campuran asam kuat dan basa yang tidak cocok.yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima oksigen atau organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.

3)Zat kimia mudah meledak meliputi berbagai zat yang bisa meledak pada kondisi tertentu, seperti zat pengoksidasi serta bubuk dan debu tertentu. Dimana zat kimia tersebut mudah meledak, adalah Zat kimia yang pada suhu dan tekanan, standar (250 °C, 760 mmHg) dapat meledak atau   melalui   reaksi   kimia

dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya. Pengujiannya dapat dilakukan dengan menggunakan Differential Scanning Calorymetry (DSC) atau Differential Thermal Analysis (DTA), 2,4-dinitrotoluena atau Dibenzoil-peroksida sebagai senyawa acuan. Dari hasil pengujian tersebut akan diperoleh nilai temperatur pemanasan. Apabila nilai temperatur pemanasan suatu bahan lebih besar dari senyawa acuan, maka bahan tersebut diklasifikasikan mudah meledak.

Sumber :

Abi, Sofyan Rizan. 2013. Minilai bahaya dan resiko di laboratorium. Jakarta: Scrib.id.

Decaprio, R. 2013. Tips Mengelola Laboratorium Sekolah. Yogyakarta: Diva Press

Fitriatiti. 2016. Makalah identifikasi bahaya fisik laboratorium. Jakarta: Scrib.id. Hermawan, Trian. 2016. Bahaya dan resiko di laboratorium. Lampung: Universitas Lampung.

Legiman. 2010. Strategi Pemanfaatan Laboratorium IPA Di Sekolah. Yogyakarta: Widyaiswara Muda.

Sugiharto, B. 2008. Optimalisasi Pengelolaan Laboratorium IPA SMP. Semarang: FKIP UNS

Yaya, Inayah Nur. 2017. Pencegahan bahaya fisik di laboratorium. Jakarta

Next Post Previous Post