Makan Bergizi Gratis: Harapan Baru atau Ujian Ketahanan Pangan ?
Makan Bergizi Gratis: Harapan Baru atau Ujian Ketahanan Pangan ? |
Nalar Rakyat, Serang Banten, Sebagai mahasiswa yang mempelajari mata kuliah Ketahanan Pangan, saya menyadari betapa pentingnya program seperti Makan Bergizi Gratis untuk meningkatkan kualitas hidup anak-anak Indonesia. Namun, program ini tidak hanya berbicara tentang pemberian makanan gratis, tetapi juga mencerminkan sejauh mana negara kita mampu menjaga stabilitas pangan bagi seluruh masyarakatnya.
Anggaran : Cukupkah Rp 71 Triliun?
Dalam RAPBN 2025, pemerintah mengalokasikan Rp 71 triliun untuk program ini, jauh dari estimasi awal Rp 460 triliun saat kampanye. Angka ini menimbulkan tanda tanya besar: apakah cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi jutaan anak di seluruh Indonesia?
Sebagai mahasiswa, saya memahami bahwa efisiensi sangat penting dalam kebijakan publik. Namun, dalam konteks ketahanan pangan, penurunan alokasi anggaran ini dapat berdampak pada kualitas, cakupan, dan keberlanjutan program. Apakah pemerintah telah mempertimbangkan disparitas harga bahan pangan di berbagai daerah?
Menu Telur dan Susu: Praktis tapi Terbatas
Pilihan menu dua butir telur dan satu susu UHT memang sederhana, hemat biaya, dan logis. Telur kaya akan protein, sementara susu UHT mengandung kalsium dan vitamin yang penting bagi pertumbuhan anak.
Namun, dari sudut pandang ketahanan pangan, menu ini terlalu mengandalkan dua komoditas saja. Dalam teori yang saya pelajari, ketahanan pangan bukan hanya soal ketersediaan, tetapi juga akses dan stabilitas pasokan. Apakah produksi telur dan susu di Indonesia cukup untuk memenuhi permintaan besar ini? Bagaimana jika terjadi lonjakan harga atau gangguan pasokan?
Selain itu, kebutuhan gizi anak-anak tidak hanya mencakup protein dan kalsium, tetapi juga karbohidrat, serat, dan mikronutrien lainnya. Program ini membutuhkan sinergi dengan edukasi gizi agar orang tua dapat melengkapi asupan di rumah.
Logistik dan Pengadaan Lokal
Mata kuliah Ketahanan Pangan mengajarkan saya bahwa distribusi adalah salah satu tantangan terbesar dalam sistem pangan. Dengan menyederhanakan logistik—misalnya, merebus telur langsung di sekolah—pemerintah mengurangi risiko makanan basi atau keracunan. Tetapi, bagaimana memastikan semua sekolah memiliki fasilitas memadai ?
Program ini juga dapat menjadi peluang untuk memperkuat sistem pangan lokal. Jika telur dan susu dipasok dari peternak lokal, program ini dapat mendukung ekonomi daerah sekaligus memastikan stabilitas pasokan. Namun, ini memerlukan perencanaan yang matang dan koordinasi yang baik antara pemerintah pusat, daerah, dan komunitas lokal.
Pelajaran dari Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan bukan hanya soal jumlah bahan pangan, tetapi juga soal keadilan, keberlanjutan, dan kemandirian. Program Makan Bergizi Gratis adalah langkah besar yang harus dikelola dengan hati-hati agar tidak hanya menyelesaikan masalah gizi anak, tetapi juga memperkuat sistem pangan nasional.
Sebagai mahasiswa, saya berharap pemerintah mempertimbangkan pandangan akademisi dan praktisi di bidang ketahanan pangan untuk memastikan program ini sukses. Generasi muda seperti saya juga memiliki tanggung jawab untuk terus belajar dan mengadvokasi kebijakan yang lebih baik, karena ketahanan pangan adalah fondasi bagi masa depan Indonesia.